Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Indonesia di tahun 2024 ini menjadi masa di mana kita semua bisa meningkatkan kesadaran akan isu-isu penting, termasuk tentang bagaimana menjadikan Indonesia negara yang lebih inklusif, menerima dan bisa memfasilitasi semua warganya dari berbagai latar belakang.
Lazuardi Al-Falah Global Compassionate School merupakan sekolah inklusi unggulan di daerah Klaten, Jawa Tengah, menjadi sekolah yang menerima berbagai peserta didik dengan kondisi latar belakang apapun, baik dari segi fisik, kognisi maupun mental. Lazuardi Al-Falah GCS Klaten seringkali menjadi sekolah rujukan dalam praktik baik diferensiasi pembelajaran, terutama untuk memfasilitasi pembelajaran peserta didik dengan kebutuhan khusus.
Sayangnya, hingga saat ini, tidak jarang masih ada orang tua yang khawatir mengenai anaknya yang harus bersekolah dan berinteraksi dengan teman-teman sebaya yang memiliki kebutuhan khusus. Kekhawatiran utama terletak pada ketakutan dan miskonsepsi perihal penyandang disabilitas, bahwa kondisi mereka dapat menular.
Pertama-tama, anggapan bahwa penyandang disabilitas mengidap suatu kondisi yang dapat menular itu sepenuhnya salah. Penularan suatu penyakit hanya bisa terjadi ketika ada patogen (“zat asing” seperti virus, bakteri, dsb.) yang masuk ke dalam tubuh manusia. Penyandang disabilitas **tidak** membawa suatu patogen tertentu.
Alasan mengapa seseorang memiliki disabilitas tentu berbeda-beda, namun umumnya tidak terjadi karena patogen yang menular. Berikut adalah beberapa faktor penyebab mengapa seseorang bisa memiliki disabilitas (Siloam Hospitals, 2023):
Kelainan bawaan lahir yang mempengaruhi struktur organ tubuh, seperti:
Kelainan kromosom (Contoh: down syndrome)
Kelainan gen tunggal yang dapat menyebabkan Duchenne muscular dystrophy (DMD atau lemahnya fungsi otot)
Kelainan yang disebabkan oleh paparan infeksi atau zat berbahaya (alkohol dan rokok) selama kehamilan
Akibat cedera
Cedera tulang belakang
Cedera otak traumatis (traumatic brain injury)
Penyakit yang berlangsung lama (kronis), seperti diabetes, stroke dan penyakit kardiovaskular
Gangguan spektrum autisme dan ADHD (attention-deficit/hyperactivity disorder) sejak masa kanak-kanak dan gangguan mental lainnya.
Tahukah Ayah & Bunda, bahwa riset terkini menunjukkan ada berbagai manfaat yang bisa didapatkan Ananda yang non-disabilitas ke dalam sekolah inklusif? Apa saja manfaatnya?
Riset terkini oleh Molina Roldán dkk. (2021) membuktikan bahwa murid-murid non-disabilitas, ketika bersekolah dengan mereka yang menyandang disabilitas mendapatkan manfaat berupa:
Meningkatkan Rasa Hormat dan Penerimaan
Ketika berinteraksi dengan teman-teman sebaya yang berkebutuhan khusus, murid-murid belajar untuk menghargai satu sama lain, menerima perbedaan, mengakui perbedaan keahlian dan kemampuan. Hal ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk membentuk pertemanan atas dasar rasa hormat dan penerimaan tanpa syarat.
Membangun Empati dan Kesabaran
Murid-murid non-disabilitas yang setiap harinya berinteraksi dengan teman-teman sebaya dengan kebutuhan khusus menjadi belajar kemampuan berempati untuk sesama, sabar dan mendapatkan rasa kebanggaan sendiri ketika berhasil membantu temannya belajar.
Perkembangan Kognitif Lebih Terfasilitasi
Berinteraksi dengan teman-teman sebaya yang memiliki kebutuhan khusus menantang kemampuan kognitif Ananda, hingga meningkatkan kemampuan komunikasi mereka dan menambah begitu banyak kesempatan belajar soft-skills sepanjang kontribusi mereka dengan teman-teman sebaya di kelas.
Dalam rangka memastikan lingkungan belajar yang inklusif di sekolah-sekolah, mewujudkan Indonesia yang lebih inklusif, tentu kita perlu memperhatikan penggunaan bahasa yang ramah untuk merujuk pada teman-teman penyandang disabilitas.
Untuk mengacu pada orang pertama dan identitas, penekanan seharusnya ditujukan pada orangnya, bukan kondisi disabilitas atau kronisnya. Berikut adalah contoh bahasa yang ramah yang tepat (Komisi Nasional Disabilitas Indonesia, 2024):
✅️ | ❌️ |
"Seseorang dengan paraplegia" | "Seorang lumpuh" |
"Seorang remaja dengan epilepsi" | "Seorang epilepsi" |
"Orang dengan gangguan penggunaan narkoba" | "Penyalahgunaan narkoba" |
"Orang dengan disabilitas intelektual" | "Orang yang mengalami keterbelakangan mental" |
"Orang yang buta" | "Orang buta" |
"Orang dengan autisme" | "Orang autis" |
Bagaimana cara mengkonfirmasi kondisi disabilitas seseorang? Atau menyebut orang dengan kondisi disabilitas tertentu? Geser postingan Instagram berikut untuk mengetahui jawabannya.
View this post on Instagram
Apa pentingnya menggunakan bahasa yang ramah? Bahasa seperti ini bukan untuk unjuk gigi, semata-mata menunjukkan kepintaran berbicara ataupun upaya diplomatis. Penggunaan bahasa yang ramah juga menjadi bentuk hormat yang mendasar untuk harga diri dan integritas seorang Penyandang Disabilitas, menjadi wujud tindakan nyata dari welas asih kita kepada sesama.
Meski begitu, tentu saja bahasa tidak menjadi satu-satunya fokus dalam menunjukkan rasa hormat kita. Penggunaan yang tepat, yang sesuai konteks, penting untuk kita perhatikan. Pastikan kita bisa berkomunikasi dengan penggunaan bahasa yang cocok dan relevan, sesuai situasi.
Komisi Nasional Disabilitas Republik Indonesia (2024). Apa Itu Disabilitas?. @komnasdisabilitas (Instagram) Diakses Februari 8, 2024 dari https://www.instagram.com/p/C2ulrFGyQSa/?utm_source=ig_web_copy_link
Molina Roldán, S., Marauri, J., Aubert, A., & Flecha, R. (2021). How Inclusive Interactive Learning Environments Benefit Students Without Special Needs. Frontiers in psychology, 12, 661427. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.661427
Tim Medis Siloam Hospitals. (2023, Oktober 23). Disabilitas - Penyebab, Jenis, dan Penanganannya. Siloam Hospitals. Diakses Februari 8, 2024, dari https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-disabilitas