Quality Time

24 Februari 2019
Quality Time

Senin, 22 Agustus 2016 dengan pembicara Praktisi Pendidikan Finlandia Allan Håkan Schneitz dan Praktisi Pendidikan Dasar Universitas Widya Dharma (UNWIDHA) Klaten Bapak Dr. Iswan Riyadi, M.M dengan tema “How Finnish Education Prepares Learners to be Successful in the 21st Century? Role of School and Parents”. Acara Quality Time ini dihadiri oleh Orangtua/Wali murid Sekolah Lazuardi Klaten dan juga sekolah-sekolah yang tersebar di wilayah Klaten. Acara dibuka dengan pembacaan kalam ilahi oleh Ananda Ahmad (SMP Grade8), lalu dilanjutkan sambutan dari Ketua Panitia Quality Time, Ibu Sekar Ambarwati, S.Pd, Wakil Direktur Sekolah Lazuardi Klaten, Bapak Tandang Oktora S.Pt, dan perwakilan dari UPTD Klaten Selatan. Setelah sambutan selesai, dilanjutkan oleh penampilan paduan suara dari siswa/i SD Lazuardi Al Falah GIS Grade 1 dan Grade 2, penampilan tari lilin dari TK Tiara Nusa Klaten dan penampilan Band The LazKla yang menyanyikan lagu-lagu yang mereka nyanyikan saat The LazKla tampil di acara Festival Band di SMAN 1 Cawas hari Minggu, 21 Agustus 2016 lalu.

Acara inti pun dimulai, Bapak Dr. Iswan Riyadi memaparkan tentang perbedaan pendidikan pada zaman dahulu dan pendidikan zaman sekarang. Pendidikan pada zaman sekarang berpusat pada siswa. Lalu Mr. Allan Schneitz mengupas bagaimana pendidikan di Finladia mempersiapkan anak didiknya sukses menghadapi tantangan di abad 21. Serta bagaimana peran sekolah dan orangtua demi mewujudkan hal ini. Peserta didik diharapkan memiliki jiwa yang kreatif, komunikatif, kolaboratif, dan berpikir secara kritis. Menurut Mr. Allan Schneitz, “Creativity and Curiosity are cousins” jadi bisa diibaratkan jika kreativitas dan keingintahuan mempunyai ikatan darah yang kental seperti halnya sepupu. Di Finlandia, jika ada anak yang suka main games di gadget, mereka tidak serta merta langsung diberikan gadget melainkan orangtuanya memasukkan mereka di sebuah kelompok belajar yang didalamnya ada fasilitas belajar bagaimana membuat program untuk sebuah games di gadget. Setelah mereka bisa membuat games hasil karya mereka, barulah orangtua memberikan gadget pada anak mereka. Lalu Mr. Allan Schneitz menjelaskan bahwa di Finlandia peserta didik bisa belajar di mana saja karena di setiap sudut sekolah disediakan fasilitas wi-fi dengan kecepatan maksimal. Finlandia pun menerapkan semua siswa bisa menjadi guru untuk temannya di kelas. Sekolah Lazuardi Al Falah GIS Klaten telah menerapkan keempat keterampilan tersebut di setiap pembelajarannya. Lazuardi Klaten pun menerapkan jika belajar tidak selalu di ruangan kelas, seperti ungkapan “Where a class is not just a room but a space” , Siswa diizinkan untuk belajar di luar ruangan, diharapkan siswa menjadi lebih kreatif dan rasa ingin tahunya pun meningkat. Sekolah pun dapat menjadi tempat yang penuh harapan, penuh keceriaan dan kebahagiaan.

Penulis

Admin
  • Share:
WhatsApp